Karya
Weber tentang Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme menunjukkan dengan baik
keterkaitan doktrin agama dengan semangat kapitalisme. Etika protestan tumbuh
subur di Eropa yang dikembangkan seorang yang bernama Calvin, saat itu muncul
ajaran yang menyatakan seorang pada intinya sudah ditakdirkan untuk masuk surga
atau neraka, untuk mengetahui apakah ia masuk surga atau neraka dapat diukur
melalui keberhasilan kerjanya di dunia. Jika seseorang berhasil dalam kerjanya
(sukses) maka hampir dapat dipastikan bahwa ia ditakdirkan menjadi penghuni surga,
namun jika sebaliknya kalau di dunia ini selalu mengalami kegagalan maka dapat
diperkirakan seorang itu ditakdirkan untuk masuk neraka.
Doktrin
Protestan yang kemudian melahirkan karya Weber tersebut telah membawa implikasi
serius bagi tumbuhnya suatu etos baru dalam komunitas Protestan, etos itu
berkaitan langsung dengan semangat untuk bekerja keras guna merebut kehidupan
dunia dengan sukses. Ukuran sukses dunia – juga merupakan ukuran bagi sukses di
akhirat. Sehingga hal ini mendorong suatu semangat kerja yang tinggi di
kalangan pengikut Calvinis. Ukuran sukses dan ukuran gagal bagi individu akan
dilihat dengan ukuran yang tampak nyata dalam aktivitas sosial ekonominya.
Kegagalan dalam memperoleh kehidupan dunia akan menjadi ancaman bagi kehidupan
akhirat, artinya sukses hidup didunia akan membawa pada masa depan yang baik di
akhirat dengan jaminan masuk surga, sebaliknya kegagalan yang tentu berhimpitan
dengan kemiskinan dan keterbelakangan akan menjadi jaminan pula bagi individu
itu masuk neraka
Menurut
Weber, sikap seperti itu erat hubungannya dengan salah satu konsep yang
berkembang di kalangan Protestan yakni konsep Beruf (Jerman), atau mungkin
lebih jelas dalam bahasa Inggris sering disebut Calling (panggilan). Bagi dia,
konsepsi tentang ”panggilan” merupakan konsep agama, yang baru muncul semasa
reformasi. Istilah ini tidak ditemukan sebelumnya dalam lingkungan orang
Katolik atau zaman purba, melainkan hanya ditemukan di lingkungan Protestan.
Lutherlah yang mengembangkan konsep ini pada dekade pertama dari aktivitasnya
sebagai seorang Reformator.
Lebih jauh, Weber menjelaskan bahwa
arti penting dari konsep panggilan dalam agama Protestan adalah untuk membuat
urusan-urusan biasa dari kehidupan sehari-hari berada dalam pengaruh agama.
‘Panggilan’ bagi seseorang adalah suatu usaha yang dilakukan untuk melaksanakan
kewajiban-kewajiban terhadap Tuhan, dengan cara perilaku yang bermoral dalam
kehidupan sehari-harinya. ‘Panggilan’ merupakan suatu cara hidup yang sesuai
dengan kehendak Tuhan, dengan memenuhi kewajiban yang telah dibebankan kepada
dirinya sesuai dengan kedudukannya di dunia. ‘Panggilan’ adalah konsepsi agama
tentang suatu tugas yang telah ditetapkan Tuhan, suatu tugas hidup, suatu
lapangan yang jelas di mana seseorang harus bekerja.
Namun
demikian, bagi Weber, panggilan sebagaimana dipahami oleh Luther masih
tradisionalistis. Hal ini terutama berdasarkan penekanannya yang kuat terhadap
unsur nasib di mana seseorang tetap berada pada tempatnya sesuai dengan apa
yang telah ditetapkan Tuhan. Dengan demikian, maka tidak mungkin bagi Luther
untuk mengembangkan hubungan yang fundamental antara aktivitas duniawi dengan
prinsip-prinsip keagamaan. Akan tetapi, dengan konsep itu paling tidak Luther
telah meletakkan dasar yang kuat bagi pengembangan konsep tersebut selanjutnya.
Komentar
Posting Komentar